Thursday, February 9, 2012

Backpacker Ke Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon

Perjalanan ke Ujung Kulon dari Jakarta membutuhkan sekitar sepuluh jam. Perjalanan darat dapat dilalui melalui tiga jalur yaitu melalui Darmaga sumur dan Darmaga taman jaya. Tujuh jam perjalanan darat menuju Desa Sumur dan tiga jam menggunakan kapal menuju Pulau Peucang, Ujung Kulon.

Kami berangkat pada malam hari dengan meeting point di Slipi Jaya, dan sampai di Desa Sumur pagi-pagi sekitar jam enam lewat, kemudian dilanjutkan naik kapal menuju Pulau Peucang.


Birunya langit di Desa Sumur.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Selama perjalanan di kapal kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Birunya langit dan lautan seakan menyatu di horizon, terkadang pemandangan tersebut terpecahkan oleh kumpulan lumba-lumba dan ikan terbang yang berlompatan dari kejauhan. Pemandangan ini seakan membuat kami sejenak melupakan teriknya matahari di atas kapal.


Lautan dan langit biru seakan menyatu di horizon.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Welcome to the Jungle!
Begitu kami sampai di dermaga Pulau Peucang, kami disambut oleh pantai Ujung Kulon dengan pasirnya yang putih dan lembut sehalus tepung tanpa kerikil sedikit pun. Pantai di pulau ini landai dengan air laut biru jernih yang amat bening.


Pasir putih lembut dan pantai yang landai di Pulau Peucang.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.



Welcome to the Jungle!
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Rusa-rusa di padang rumput yang dikelilingi bangunan penginapan berupa rumah-rumah panggung tampak bebas berkeliaran dan merumput. Namanya juga Taman Nasional, belum apa-apa kami sudah disambut oleh segerombolan monyet yang berusaha merebut makan siang kami. Dan ketika salah satu dari mereka berhasil merebut sebungkus nasi milik Mbak Okta, tak pelak tawa kami pun pecah berderai-derai.


Rusa-rusa bebas berkeliaran di Pulau Peucang.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Setelah menaruh barang di kamar, kami pun melanjutkan makan siang. Segerombolan monyet kembali berkeliaran di sekeliling kami sehingga kami pun makan dengan hati was-was sambil menjaga nasi bungkus masing-masing. Saat salah seorang dari kami melempar sisa nasi bungkus, dengan sigap beberapa monyet berlari ke arah tumpahan nasi bungkus dan tiba-tiba dari bawah rumah panggung muncul beberapa ekor babi hutan yang mengendus-endus keluar. Agak kaget juga saya melihat sekumpulan babi hutan yang cukup besar.


Teman makan siang kami.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

"Wah, hidup di sini memang benar-benar menyatu dengan alam ya, sehari-hari dikelilingi hewan liar gini," batin saya.

"Welcome to the jungle!"
Mungkin begitulah seru mereka menyambut kedatangan kami.

Yah, tapi kami baru benar-benar merasakan terasing dari kehidupan perkotaan saat menyadari tidak ada sinyal sama sekali yang tertangkap di daerah ini. Dan paling parahnya ... tidak ada warung buat jajan! Hahaha, padahal ini termasuk kebutuhan primer bagi kami yang suka jajan.

Satu Jam Menembus Hutan ke Karang Copong
Jadwal hari pertama kami adalah mengunjungi Karang Copong, sebuah karang yang tengahnya berlubang dan terletak di tengah laut. Untuk mencapai karang ini dibutuhkan waktu satu jam menembus hutan yang dipandu oleh petugas setempat. Mungkin sebenarnya pengunjung tidak memerlukan bantuan petugas untuk mencapai tempat ini, karena jalanan setapak sudah ditandai dengan sapuan cat merah dan potongan kaleng yang dipakukan ke beberapa pohon. Tapi demi keamanan bersama, lebih baik Anda tetap didampingi oleh seorang petugas setempat.

Suasana tenang di dalam hutan sejenak terganggu oleh kedatangan kami. Udara siang itu terasa lembab dan gerah, namun untungnya tidak terasa terik karena kami ternaungi oleh pohon-pohon besar. Sesekali terdengar suara-suara hewan liar dari kejauhan, membuat kami menebak-nebak sendiri suara hewan apa itu. Jangan-jangan Badak Jawa, tebak saya.

Taman Nasional Ujung Kulon ini sendiri aslinya adalah tempat penangkaran Badak Jawa, namun bahkan jarang sekali ada penduduk setempat yang pernah menemukan hewan langka yang pemalu dan pandai bersembunyi ini.

Di hutan ini terdapat sebuah pohon tinggi besar dengan akar raksasanya yang menghujam ke tanah membentuk terowongan, ini juga menjadi salah satu objek foto favorit para pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon. Jadi jangan lupa berfoto di sini ya!


Objek foto favorit di hutan menuju Karang Copong.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Akhirnya setelah berjalan sekitar satu jam menembus hutan, melewati pantai dan beberapa tanjakan, maka Anda akan menemukan spot tersembunyi yang menyuguhkan pemandangan laut dan Karang Copong dari atas bukit. Air lautnya begitu biru dan bening sehingga Anda dapat melihat bawah laut dengan mata telanjang.



Karang Copong, satu jam perjalanan berjalan kaki.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Tanjung Layar, Sang "Surga Tersembunyi"
Kegiatan hari kedua kami adalah snorkeling dan bermain air di dekat sebuah pulau yang memiliki air terjun mini -- nama pulaunya saya lupa, hehehe... Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju Pos Cibom, Tanjung Layar. Di sini kami kembali trekking melewati hutan untuk menemukan sebuah tempat yang kadang disebut sebagai "surga tersembunyi", yaitu padang rumput menghijau yang dikelilingi bukit-bukit batu dengan pemandangan laut biru jernih di ujungnya. Sekilas mirip scene di film Lord of The Rings versi miniatur. Rasanya malas pergi lagi dari sini saking bagusnya pemandangan di depan kami.


Air terjun mini.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.
Langit dan laut seakan tidak berbatas!
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.


Pantai Tanjung Layar.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.


"Hidden Paradise" di Tanjung Layar.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Bertemu Banteng di Padang Cidaon
Setelah puas bermain dan mengambil foto, kami pun bertolak ke Padang Penggembalaan Cidaon, yang pulaunya berlokasi sekitar 6 km dari Pos Cibom. Di Padang Cidaon ini Anda dapat menemukan sekumpulan banteng di sebuah padang rumput. Untuk mencapai padang rumput ini, lagi-lagi Anda harus sedikit trekking masuk ke dalam hutan, tapi tidak selama saat menuju Tanjung Layar. Sekitar 15 menit, Anda akan menjumpai padang rumput yang luas menghijau. Anda dapat pula mengamati padang Cidaon ini dari atas menara pengawas, namun petugas yang menemani kami sempat mewanti-wanti agar jangan sampai ada lebih dari enam orang yang naik ke atas menara demi alasan keamanan.



Padang Penggembalaan Cidaon.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2011.

Tak terasa petualangan kali ini sudah hampir selesai. Besok kami akan kembali ke Jakarta pagi-pagi dan kembali ke rutinitas masing-masing. Petualangan ini memang telah berakhir, namun pengalaman pertama saya mengunjungi salah satu Taman Nasional di Indonesia ini tentunya tidak akan terlupakan bagi saya. Apalagi dari perjalanan ini saya mendapatkan 20 teman baru! :)

Biaya Perjalanan 
Biaya perjalanan ini dengan mengestimasikan beban untuk 14 orang dan perjalanan melalui desa taman jaya.
Saweran :@ Rp 281.000 x 14 orang = Rp 3.934.000
Pengeluaran :
1. Makan siang di Sunda kelapa Home stay : Rp 182.000
2. Belanja untuk keperluan di pulau : Rp 213.300
a. 10 kg beras : Rp 45.000
b. 14 bungkus mie goreng : Rp 23.800
c. 14 bungkus mie rebus : Rp 21.000
d. 2 galon Aqua : Rp 36.000
e. 2kg telor ayam : Rp 40.000
f. 3 bks rokok untuk bapak yang masak : Rp 21.000
g. 1 bks sabun cuci : Rp 1.000
h. 1 bks garam : Rp 1.500
i. 1/4 ltr Minyak goreng : Rp 3.000
j. 3 kaleng sarden : Rp 21.000
3. Sewa perahu PP : Rp 1.900.000
4. Retribusi masuk pulau peucang @Rp 2.500 x 14 : Rp 35.000
5. Penginapan 2kmr x Rp 200.000 x 2 hr : Rp 800.000
6. Biaya tambat kapal di pulau : Rp 100.000
7. Guide trekking @ Rp 10.000 x 14 orang : Rp 140.000
8. Ongkos bapak yang bantu untuk masak : Rp 150.000
9. Tips untuk bapak tua di rumah Pak Komar : Rp 8.000
10. Elf Taman Jaya - Labuan : Rp 400.000

Total Pengeluaran : Rp 3.928.300

Jadi total pengeluargan gw sendiri:
Saweran: Rp. 281.000
Ongkos XDeres – Labuan: Rp. 25.000
Ongkos Labuan – Taman Jaya: Rp. 25.000
Additional Ongkos Taman Jaya – Labuan: Rp. 3.000
Ongkos Labuan – X. Deres: Rp. 25.000
Kali Deres – Depok : Rp. Rp. 10.000.
Total : 369.000
Tips ke Peucang:

1. Jangan mau dikibulin ama orang-orang sono, dibilang cuaca ga bagus, ga taunya supaya kami tidak ke Tanjung Layar, Cidaun dan Cibom, jadi mereka bisa santai dan solar ga kebuang…dasar… Kami juga taunya setelah mba Woro ngobrol dengan team lain pas ketemu di penginapan Sunda Jaya Pak Komar.
2. Bawalah makanan sebanyak mungkin dan lebih bergizi ^__^
3. Bawa peralatan snorkel sendiri, peralatan diving kalo mau
4. Bawa pancing, jadi bisa makan ikan 

Sumber :
http://planius.blogspot.com
http://backpacker-notes.blogspot.com

1 comment: