Saturday, February 11, 2012

Cintai Ibumu "Kisah tentang Seseorang yang tersungkur di Pintu Surga"

Tulisan ini dikutip dari tulisan Zabrina A. Bakar yang bersal dari bukunya yang berjudul satu tiket ke surga.
Silahkan disimak,,,


Saat itu hari minggu pagi dan ayahku baru saja menerima telepon dari adik perempuanku. Adikku akan melahirkan, lalu kami semua bergegas ke Rumah Sakit. Beberapa jam kemudian adikku melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, Masyaallah. Rasanya baru kemarin adikku itu, dia sendiri, masih seorang bayi--bayi adikku.



Aku ingat hari pertama dia masuk sekolah. Dengan tas kotak kecil dan wajah lugu, seragam yang lucu, dan rambut diekor kuda, dia melangkahkan kaki ke sekolah untuk pertama kalinya. Rasanya seperti baru dua kedipan mata dan, tiba-tiba saja, dia sudah dewasa !! Masyaallah!

Sebelum adikkku melahirkan, aku suka sekali mendengarkan cerita-ceritanya tentang bayinya yang akan segera lahir itu. Dia menuturkan perasaannya yang bahagia sebab ada makhluk lain yang sedang tumbuh di
dalam dirinya, yang menendang-nendang dan bergerak-gerak. Kadang dia bahkan bisa melihat jari mungil, atau mungkin siku, menyodok dari dalam perutnya.

Sejak awal kehamilan, cinta adikku pada bayinya yang masih dalam kandungan itu begitu jelas dan nyata. Dia memperhatikan makanan dan minumannya, menjaga gerak-geriknya, dan mencemaskan banyak hal lain
yang sebelumnya tidak pernah dia perdulikan.

Pantas saja Sophia Loren pernah berkata,
"Seorang ibu selalu harus berpikir dua kali, sekali untuk dirinya dan sekali untuk anaknya."

Memang, bayi adalah keajaiban yang demikian menakjubkan dalam hidup, Masyaallah. Allah telah mengingatkan kita bagaimana kita diciptakan oleh-Nya dalam rahim ibu kita...
"Ia ciptakan kamu dari satu orang saja, kemudian ia jadikan darinya
istrinya; dan Ia turunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Ia
ciptakan kamu dalam perut ibumu, kejadian demi kejadian, dalam tiga
selubung kegelapan. Itulah Allah, Tuhanmu, Kepunyaan-Nyalah kerajaan.
Tiada Tuhan selain Ia. Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?"
QS Az- Zumar 39:6
Hari itu para dokter membutuhkan waktu sekitar empat puluh menit untuk mengeluarkan makhluk mungil pembawa kebahagiaan ini ke dunia. Perawat lalu membawa bayi adikku ke ruang tunggu agar ipar laki-lakiku bisa membisikkan azan dan ikamah ke telinga bayinya yang baru lahir.

Begitulah, aku mendapat kehormatan menjadi salah seorang yang pertama melihat anggota baru keluarga kami. Kukecup dia dengan lembut dan kupejamkan mata sewaktu menghirup keharuman dari surga itu. Kalian tahulah, bau bayi. Parfum paling harum diseantero dunia! Belum ada perusahaan kosmetik yang sanggup menciptakan keharuman yangbegitu memesona, mendekati saja tidak. Dan, ketika bibirku menyentuh pipinya yang  halus dan lembut, aku sudah jatuh cinta padanya... Itulah mukjizat lain dari Allah--perasaan cinta, Masyaallah.



Betapa beruntungnya adikku karena sekarang dia sudah diangkat oleh Allah ke kedudukan yang sangat tinggi dalam hidup. Ya, itu betul. Dia sekarang seorang ibu. Ibu adalah status istimewa yang Allah limpahkan
kepada perempuan-perempuan pilihan sejak penciptaan manusia pertama kalinya sampai hari ini. Menjadi ibu adalah sesuatu yang diimpikan sebagian besar wanita, namun tidak semua dari kita mendapat kehormatan itu.

Kedudukan yang terhormat itu ditegaskan oleh Nabi Muhammad (saw) ketika beliau menasihati seorang sahabat agar memperlakukan sang ibu dengan baik.
Mu'awiyah Ibn Jahimah (ra) menuturkan bahwa dia pernah menemui Nabi (saw) dan berkata, "Wahai, Rasulullah! aku berniat pergi berjihad. Aku datang menemuimu untuk meminta nasihatmu." Nabi bertanya kepadanya, "Apakah ibumu masih hidup ?" "Ya," jawab Jahimah. Kemudian Nabi berkata, "Teguhlah berbakti kepadanya karena Surga terletak dibawah telapak kakinya." An-Nasa'i
Surga! Masyaallah. Coba bayangkn status yang diberikan Allah kepada perempuan-perempuan istimewa yang disebut ibu ini. Apakah kita sudah benar-benar memahami pentingnya hadis ini? Mampukah kita untuk sekedar mulai memahami dan menghargai kemuliaan dan tingginya status ibu kita? Sanggupkah kita mengerti bagaimana status seorang wanita dinaikkan begitu dia melahirkan seorang anak? Para wanita yang sudah jadi ibu itu pastilah makhluk-makhluk yang sangat istimewa hingga diberi kedudukan yang demikian hebat oleh Allah, bukan begitu?

Suatu kali, Nabi Muhammad SAW membahas bagaimana kita semua harus menghormati dan mendampingi ibu kita.
Abu Hurairah (ra) berkata : "Seorang laki-laki menemui Rasulullah (SAW) dan berkata, "Ya Rasulullah, siapakah di antara keluargaku yang paling berhak kudampingi?" Nabi berkata, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya, "Lalu siapa?" Nabi berkata, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi "Kemudian siapa?" Beliau berkata, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya kembali, "Setelah itu siapa?" Nabi menjawab, "Ayahmu." Al-Bukhari dan Muslim
Subhanallah, Mahasuci Allah. Hadis ini menunjukkan kepada kita bahwa ibu tidak hanya sangat penting bagi kita jika kita ingin masuk Surga, tetapi mereka juga harus menjadi fokus utama kita di dunia ini bila dibandingkan dengan manusia-manusia lain. Ibu kitalah yang oleh Allah telah ditetapkan sebagai orang yang paling layak kita dampingi di dunia ini.

Jika kita sedang berbincang dengan seorang teman, lalu ibu kita memanggil, apa yang semestinya kita lakukan? Jika kita sedang membaca dan ibu memanggil, apakah kita memintanya menunggu dengan berkata "Sebentar," atau apakah kita langsung menutup buku dan datang kepadanya? Jika kita sedang tidur dan ibu kita memanggil, apakah kita harus turun dari ranjang atau berpura-pura tidak dengar? Jawabnya ada disana dalam hadis itu.

Aku teringat ayat dari Al-Quran yang bila diterjemahkan berbunyi : Tuhanmu telah memutuskan agar kamu jangan menyembah yang selain dia, dan agar kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang dari keduanya, atau keduanya, mencapai usia lanjut selagi dalam pemeliharaanmu, janganlah katakan kepada mereka, "Ah!", dan janganlah bentak mereka, tapi berkatalah dengan kata-kata hormat. Rendahkanlah hati terhadap keduanya karena kasih, dan katakanlah, "Tuhanku! Kasihilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semasa kecil."      Al-Isra' 17 :23-24
Aku sangat mujur dapat mengenal seorang ibu yang sudah tidak bisa meninggalkan tempat tidur tetapi begitu beruntung dan diberkahi karena mempunyai seorang putera yang mengamalkan ayat diatas. Selama bertahun-tahun, berkali-kali aku menyaksikan bagaimana ketika ibu itu memanggil, sang putera akan langsung meletakkan apa pun yang sedang dia kerjakan dan bergegas menemui ibunya. Dia memandikan, menyuapi, dan duduk di samping ibunya hampir di setiap detik dia ada di rumah. Sang putera, yang belum menikah dan anak semata wayang, merawat ibunya sepanjang hidupnya. Hatiku terharu setiap kai teringat cinta pria ini kepada ibunya. Aku sungguh-sungguh berharap suatu hari kelak punya anak laki-laki seperti pria itu, Insyaallah.

Tidakkah kita semua ingin punya putera seperti dia? Sudah pasti, betul tidak?Kalau begitu, mengapa kita tidak memperlakukan ibu kita seperti pria yang luar biasa ini memperlakukan ibunya?Jelaslah, ibu pria ini tercantum dalam "Daftar Prioritas"-nya. Disanalah ibu kita sendiri semestinya berada, bukan begitu? Orang nomor satu dalam prioritas kita. Mari kita pikiran. Dimana posisi ibu kalian dalam daftar ini?

Kalian ingat yang ditanyakan Yusuf Islam dalam lagunya, My Mother? Dia bertanya, "Siapa yang selalu memeluk kita, membersihkan dan memandikan kita, menyuapi kita, dan menemani kita sambil memeluk erat-erat saat kita sakit? Bagaimana dengan satu-satunya orang yang bisa mendengar kita sebelum kita bisa bicara? Menuntun kita sebelum kita bisa berjalan? Dan mengangkat kita dan membersihkan luka bila kita jatuh?"

Benar, teman-temanku. Tak lain dan tak bukan, ibu kita, Ibu kita...

Izinkan aku bertanya. Adakah di sini orang yang bukan putra atau putri seseorang? Sudah tentu siapa pun di sini dibawa ke dunia ini oleh seorang perempuan, seorang Ibu. Dan perempuan inilah yang menanggung sekian jam rasa sakit sewaktu melahirkan, melewatkan malam-malam tanpa tidur, dan menahan perasaan, hanya demi melihat kita hidup, bahagia dan sehat di dunia ini.

Tidak ada laki-laki yang sanggup melakukan tugas ini, tak peduli apa dikatakan Arnold Schwarzenegger dalam filmnya, Junior, ditahun 1994.

Sayangnya, meski kita berulang kali diingatkan mengenai pentingnya menghormati, menyayangi, menjaga, berbakti dan patuh kepada ibu kita, sering kali itulah yang tidak kita lakukan.

Pernah kalian pikirkan mengapa kadang-kadang dorongan untuk tidak patuh itu begitu kuat? Mengapa kita sepertinya selalu terdorong untuk berkata, "Nanti, Bu!" bila ibu kita meminta tolong untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga? terdorong untuk melawannya? Menolaknya?


Mengapa orang-orang kadang merasa bahwa ibu mereka yang sudah tua adalah beban? Yah, kita bisa melihat bukti kecenderungan ini dari semakin banyaknya panti wreda, betul tidak?Marilah kita renungkan lagi hadits yang diakhiri dengan kalimat ini 

"..Nabi (saw) berkata. "Teguhlah berbakti kepadanya karena surga terletak d bawah telapak kakinya."
Astaghfirullah, semoga Allah mengampuniku. Inilah sebabnya kita merasakan dorongan itu. Aku benar-benar bisa memahami sekarang.Kurasa cara paling sederhana untk memandang masalah ini adalah begini. Pada ibu kitalah Surga terletak, betul tidak? Nah, aku ingin bertanya. Siapa yang tidak ingin masuk surga? Ayolah, kalian sudah tahu jawabannya.

Benar, jawabannya adalah setan, iblis, makhluk yang melanggar perintah Allah. Nah, apa janji mereka kepada Tuhan kita? Coba pikirkan lagi. Gara-gara kita (manusia), setan dan anak buahnya dihukum ke Neraka--karena itu, sebagai pembalasan dendam mereka telah berikrar akan mengajak sebanyak mungkin  manusia untuk menemani mereka. Sebenarnya, mereka ingin seluruh umat manusia mendampingi mereka
melangkah diatas "Karpet Merah" menuju Neraka. Seperti konvoi besar-besaran. Semakin banyak semakin meriah, betul tidak?

Dalam hal ini, tidak Naudzubilah, kami berlindung kepada Allah. Nah, ayo kita rangkum seluruh informasi ini. Sesudahnya, kita tentu bisa menjawab pertanyaan mengapa kita selalu terdorong untuk  melawan ibu kita.

Inilah kata-kata kuncinya:

Ibu. Kunci. Surga. Setan. Mendampingi Neraka.

Sudah terjawab teka-tekinya? Astaghfirullah. Aku tidak akan pernah melupakan perkataan Kak Ali dari Ummah Films dalam salah satu klipnya. "Setan brengsek. Paling brengsek!" Dia benar sekali. Izinkanku aku menyampaikan cerita yang dikutip dari buku Love is the wine, karya Syeikh Muzaffer Ozak.

Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham mencoba memasuki sebuah tempat mandi umum. Si penjaga menghentikannya dan meminta ongkos masuk. Ibrahim tertegun dan mengaku bahwa dia tidak punya uang.
Si penjaga menjawab, "Kalau tidak punya uang, kau tidak boleh masuk." Ibrahim memekik dan tersungkur ke tanah sambil terisak sedih. Seorang pejalan kaki berhenti untuk menghiburnya. seseorang menawarinya uang agar dia bisa masuk ke tempat mandi umum itu.

Ibrahim bin adham berkata, "Aku menangis bukan karena ditolak masuk. Ketika penjaga itu meminta uang masuk, aku teringat sesuatu yang lalu membuatku menangis. Jika aku tidak diperbolehkan masuk ke tempat mandi umum di dunia ini kecuali jika aku membayar ongkos, apa ada harapan bagiku untuk diperbolehkan masuk Surga? Apa jadinya aku bila mereka menuntut, 'Amal baik apa yang kaubawa? Apa yang sudah kau perbuat hingga kau layak diizinkan masuk surga? Persis seperti aku ditolak masuk tempat mandi ini karena aku tidak bisa membayar, sudah pasti aku akan ditolak masuk surga jika aku tidak punya amal baik. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap."

Semua yang mendengarkan pun merenungkan hidup dan amalan mereka sendiri, dan mereka mulai menangis bersama Ibrahin bin Adham.

Astaghfirullah. Betapa benarnya kata-kata yang dituturkan itu! Sewaktu membaca cerita ini, aku juga menyadari sesuatu. Tidak perlu otak jenius untuk menyadari alur cerita ini.

Satu tiket menuju surga menuju tempat tinggal abadi kita, terletak pada kepatuhan dan rasa berbakti kita kepada ibu kita. Beliau adalah salah seorang pemegang tiket dan menyimpan salah satu tiket kita untuk masuk surga. Aku ingin bertanya. Apakah kalian mau tiket menuju surga, teman-teman?


Apakah kalian masih punya kesempatan untuk membuat pemegang tiket kalian bahagia? Apakah kalian masih punya kesempatan untuk berbakti kepada mereka? Untuk berbicara dengan lembut kepada mereka? Untuk bersikap baik kepada mereka? Bagaimana?

Jangan biarkan kesempatan kalian terbuang percuma, saudara-saudaraku. Pemegang tiketku sudah lama tiada, dan aku benar-benar rindu padanya. Seandainya saja aku masih bisa melayaninya. Tapi, sekarang ini, aku hanya bisa berharap dan berdoa bahwa, entah bagaimana, sewaktu beliau masih hidup aku membuatnya bahagia. Aku hanya bisa berdoa semoga beliau sudah memaafkanku atas kesalahan apa pun yang mungkin sudah aku lakukan.

Jika pemegang tiketmu masih ada bersamamu, pergilah menemuinya sekarang. Cium tangannya, dan buatlah dia bahagia. Belailah wajahnya, dan katakan kau mencintainya. Pergilah dan penuhilah tanggung jawabmu supaya kau diperbolehka masuk ke satu-satunya tempat kita ingin berada untuk selama-selamanya. Surga.

Pergilah...

1 comment:

  1. kadang saya mendiamkan ibu, karena marah. dulu beliau suka marah2 hingga sekarang saya masih sakit hati...maafkan aku bu..

    ReplyDelete